Sabtu, 11 Maret 2023, saya mengikuti kegiatan pembekalan bagi Penatua, Diakon, dan Calon Diakon. Kegiatan juga diikuti oleh Vicaris dan Pendeta yang ada di gereja kami. Sekitar 25 peserta mengikuti kegiatan tersebut secara langsung dan sekitar 7 peserta mengikuti via zoom. Kami mengundang Bpk Teguh Juliawan untuk menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Kegiatan diawali dengan sambutan ketua panitia, dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Ibu Pnt Christien Ekana. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Jemaat, Pdt Edi Liverda. Selanjutnya menyanyi beberapa lagu dan doa pembukaan. Ibu Pnt Dewi, Ketua Panitia, tidak hadir secara langsung karena sedang berada di Amerika, dan mengikuti via zoom saja. Tidak tidur semalaman. (karena di Indonesia siang, namun di Amerika malam)
Saya ditugaskan untuk menjadi moderator, mulai pukul 10.00 wib hingga acara selesai sekitar pukul 15.30 wib.
Tema kegiatan adalah Pelayanan yang berkenan di hadapan Tuhan. Sesi pagi, full presentasi. Sesi siang, selain presentasi juga diselingi dengan game-game. Ada banyak hal yang bisa dibagikan dari kegiatan tersebut. Namun kali ini saya tertarik berbagi mengenai salah satu game yang dimainkan. saya sendiri tidak tau nama gamenya. Cara bermainnya adalah kita, peserta diminta untuk menyambung tulisan/cerita. bahan yang diperlukan untuk memainkan game tersebut sangat sederhana, yaitu pulpen dan selembar kertas saja. Pak Teguh meminta perwakilan dari masing masing kelompok untuk kumpul di salah satu sudut ruangan lalu Pak Teguh membisikan sesuatu kepada mereka. selanjutnya mereka kembali ke kelompok masing-masing. Satu kelompok terdiri dari sekitar 6 sd 8 peserta. Pak Teguh lalu mengatakan, silahkan buat cerita atau menulis sesuka kita pada kertas yang disediakan. Saat salah satu peserta sedang menulis, Pak Teguh akan meneriakan ganti, maka pemainnya berhenti menulis dan tulisan tersebut digantikan oleh rekannya yang lain. Permainan yang seru. karena waktu untuk kita menulis sesuatu, sangat singkat.
saya ingat pada saat itu, saya adalah peserta nomor 5 di kelompok kami yang menulis. Peserta di kelompok kami yang pertama menulis adalah Ibu Netty dan dilanjutkan beberapa teman sebelum saya. Pada lembaran kertas itu, tulisan pertama yang sempat saya baca adalah Bapa kami yang, kemudian ada beberapa kata yang menurut saya kurang nyambung secara makna dan struktur kalimat. Kata terakhir yang saya baca, adalah tiba tiba sepeda motor saya. kemudian saya sambung dengan kata rusak, sehingga kalimatnya menjadi tiba tiba sepeda motor saya rusak. Saya tidak ingat persis seperti apa kalimat kalimat yang ada di kertas kelompok kami itu. yang pasti, kalimatnya lucu dan cenderung tidak nyambung. Saat Pak Teguh membaca tulisan hasil game kami, kami semua tertawa. Salah satu hasil karangan yang sempat saya foto, tulisannya juga lucu.
Bapa kami yang di surga di alam semesta kami jumat pagi kemana? di sorga dikuduskan namamu.
Setelah masing masing kelompok selesai menulis, kemudian Pak Teguh membahas hasil game tersebut. Dijelaskan bahwa kepada wakil dari kelompok, yang dibisikin oleh Pak Teguh sebelum game dimulai, mereka diminta agar masing masing kelompok menulis Doa Bapa Kami. Pantas saja, setiap kalimat yang ditulis oleh peserta yang dibisikin oleh Pak Teguh, isinya adalah Bapa Kami. Namun peserta kedua membuat lanjutan cerita yang berbeda-beda. peserta ketiga menyambung tulisan peserta kedua berdasarkan imajinasi masing masing untuk menyambung cerita peserta kedua. Begitu seterusnya. Tidak heran kalau hasilnya menjadi membingungkan. Saat dibaca (setelah game selesai), ceritanya menjadi tidak karu-karuan. Banyak tidak nyambungnya daripada nyambungnya. Lucu memang.
Sambil tertawa, kami juga protes kepada Pak Teguh karena merasa penjelasan atau intruksi yang diberikan, tidak jelas. Kami hanya diminta menulis sesuka hati kami padahal sebenarnya kami diharapkan untuk menulis doa bapa kami. Pak Teguh mengatakan bahwa memang begitulan permainannya. Peserta diminta untuk menyambung tulisan.
Setelah semua tulisan selesai dibacakan, kemudian Pak Teguh menanyakan kepada kami, mengapa alur cerita kami berbeda-beda, tidak logis, tidak runtut dan tidak jelas. Atas pertanyaan itu, ada juga peserta yang menjawab bahwa dia tidak tau apa yang harus ditulis. ada juga yang menjawab, tidak ada instruksi untuk menulis doa Bapa Kami. dan saya juga ikut menjawab, menurut saya instruksinya tidak jelas. Apa yang akan ditulis.
Dari permainan itu saya mendapati ada dua hal yang menarik. Yang pertama, bahwa tidak ada dari tulisan kami yang benar, artinya kami semua salah. Tidak ada satu kelompok pun yang menulis doa Bapa Kami dengan benar. Hal menarik yang kedua adalah kami sama-sama tertawa saat hasil tulisan kami dibacakan, artinya kami menikmati dan bersuka cita atas apa yang kami dapatkan atau atas hasil yang kami capai. Kami tertawa saat mendengar sindiran dari Pak Teguh, masa nulis doa Bapa Kami saja ngga bisa. Kami pun tambah tertawa.
Dan dua hal menarik tersebut bisa saja dilihat dalam konteks lain. Dalam hal berorganisasi misalnya. Bisa saja kita melakukan tindakan yang kurang tepat, kurang strategis namun kita mampu menikmatinya.
Terkadang dalam suatu organisasi, baik yang besar ataupun kecil, yang besar misalnya suatu pemerintahan dan yang kecil misalnya sebuah keluarga, pun bisa terjadi demikian. Namun tidak masalah sepanjang pemimpinnya bisa tertawa atau setidaknya dapat menikmatinya, termasuk anggotanya bisa tertawa. Hal itu tidak masalah.
Saya jadi ingat isi wa dari Bu Hambit ke saya saat beliau ke Bali, persis sebelum acara pembekalan. "Tuhan mampahayak ketun sekeluarga ding, jaga kesehatan dan ELA LUPA BAHAGIA", begitulah pesan yang disampaikan.
Mengingatkan kita semua, apapun yang sedang kita lakukan, meskipun tidak jelas, dan terkadang lucu ataupun ditertawakan orang, janganlah sampai membuat kita lupa bahagia.
Salam sehat untuk kita semua. Stay humble, stay healthy.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, dimana saja berada, termasuk pahari kita yang di pulau dewata ataupun di Chicago. Amen.
Penulis: edi k
0 comments:
Post a Comment