Kemaren, saya mengikuti rapat evaluasi anggaran tahun 2022 di gereja kami. Rapat MPH. sudah lama saya tidak mengikuti rapat MPH. bukan karena saya tidak mau ikut rapat, tapi karena memang sudah lama rapat mph tidak dilaksanakan. kalau tidak salah ingat, terakhir rapat MPH dilaksanakan pada 31 Agustus yang lalu, waktu pemilihan ketua panitia natal dan tahun baru.
Rapat memang menjadi bagian rutin dari suatu organisasi. Rapat sebagai wadah dalam pengambilan keputusan. Rapat digunakan membahas hal hal yang menyangkut kepentingan orang banyak, serta hal yang berkaitan dengan anggotanya. Menyelenggarakan rapat ada seninya juga, mengingat jika rapat tidak dikelola dengan baik maka akan didapati kesan yang tidak baik, misalnya agenda rapat yg tidak jelas atau rapat yang molor, diskusi yang ngalor ngidul, pembahasan yang tidak fokus, kesimpulan rapat yang tidak jelas, dll. Kesan negatif atas pelaksanaan rapat dalam sebuah organisasi atau perusahaan atau kepanitiaan, perlu kita hindari. Untuk itu, penyelenggara rapat harus mempunyai ketrampilan dan kemampuan dalam mengelola rapat. sebagai peserta pun, harus dapat menjadi peserta yang baik, tidak mendominasi.
Rapat MPH kali ini diikuti juga oleh rekan rekan muda, sehingga suasana rapat menjadi hangat dan aktif serta diselingi dengan candaan. Perbedaan cara pandang dan pendapat antar peserta merupakan hal yang biasa. Semuanya saling melengkapi. Saya lebih banyak mendengar dan menyimak apa yang disampaikan oleh peserta rapat. Rapat yang dimulai pukul 12.30 tersebut berakhir hingga hampir pukul 16.00 WIB. Terdapat beberapa kali adu pendapat yang cukup alot. Salah satunya yaitu pada saat pembahasan mengenai kegiatan bidang Kategorial. Ibu Hambit muncul dengan gagasan baru yaitu agar anak anak remaja memiliki kegiatan yang dipisahkan dari kegiatan Pemuda.
Sebagaimana diketahui bahwa di GKE terdapat nama bidang kategorial Seksi Pelayanan Remaja dan Pemuda (SPRP untuk tingkat Jemaat dan KPRP untuk tingkat Resort/Cares).
Menurut pengamatan Ibu Hambit (salah satu peserta rapat, yang juga penatua dan Anggota MPH), kegiatan SPRP Jemaat GKE DKI Jakarta selama ini lebih terfokus hanya bagi para pemuda/i, sedangkan anak remaja tidak terlayani dengan semestinya. Pendapat inipun disanggah oleh Ketua SPRP. disampaikan bahwa SPRP mengadakan kegiatan bagi semua anggotanya, baik remaja maupun pemuda. Cuma memang, remaja dianggap tidak cukup aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.
Ibu Hambit keukeuh, agar ada kegiatan khusus atau pembimbingan khusus bagi para remaja. Jangan sampai anak remaja yang ada, tidak terlayani dengan baik. Bagi saya, apa yang disampaikan oleh Ibu Hambit tersebut, dapat dipahami bahwa ada benarnya. Namun hal yang mencengangkan saya adalah pada begitu ngototnya Ibu Hambit dengan usulannya. Sendirian mempertahankan pendapatnya. Saya sendiri tidak tahu darimana dia mendapatkan keberaniannya untuk berargumentasi dengan peserta yang lain, yang cenderung kurang setuju dengan pemikirannya.
Ada banyak alasan orang yang tidak setuju dengan pendapatnya, misalnya siapa yang akan mengkoordinir kegiatannya, siapa siapa saja anak remaja yang memerlukan pembinaan, apa kegiatannya, darimana dananya, dll. Yang intinya, menyimpulkan bahwa usulan Hambit bagus tapi jangan sekarang. tahun depan saja atau nanti nanti saja. namun Ibu Hambit tetap ngotot agar anak remaja GKE DKI Jakarta harus dibina, dirangkul dan potensinya dikembangkan. sebagai orang tua yang memiliki anak remaja, jujur...., saya merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan Ibu Hambit.
Menurut sosok yang pernah mengenyam pendidikan di IKIP/Universitas Negeri Jakarta tersebut, masa remaja adalah masa pembentukan. masa remaja juga adalah masa yang berat, masa masa dimana memerlukan pembinaan dan pembimbingan yang betul betul serius. jangan asal asalan. Jangan sampai masa remaja terlewatkan begitu saja. Tidak diisi dengan dasar dasar Firman Tuhan. Jangan sampai momentum masa remaja menjadi hilang. Masa remaja harus diisi dengan kenangan, memori yang baik dan positif. Masa remaja adalah masa yang rawan. Anak remaja mudah terjerumus pada hal hal yang negatif. Anak remaja dalam tahap yang labil. lagi, menurut Ibu Hambit, Gereja harus berperan aktif dalam memberikan fondasi yang kuat bagi para remaja. Pada saat yang sama, gereja juga harus memberdayakan, mengembangkan potensi para remaja yang ada. Anak remaja harus bertumbuh, baik secara karakter maupun ketrampilan. Jika anak remaja dibina dengan baik, maka akan tumbuh menjadi berkat. Menjadi alat Tuhan. Alat untuk kemuliaan Tuhan.
Di sisi lain, menurut pengamatan Ibu Hambit, pembinaan anak remaja tidak bisa digabung dengan anak anak sekolah minggu. Anak sekolah minggu yang rata-rata masih balita. Anak remaja sudah 12 tahun ke atas. Materi ajar anak remaja, berbeda dengan materi ajar anak sekolah minggu. Makanan rohani yang berbeda. Pendekatan dan metode pengajarannya juga berbeda. Gereja harus muncul dan membimbing agar anak remaja dapat bertumbuh, dan menjadi anak remaja yang bisa bergaul dengan baik, sopan, aktif, kreatif dan produktif. Gereja harus menyediakan fasilitas dan komunitas yang baik bagi para remaja yang ada. Gereja harus dapat memberikan makanan rohani yang cukup. Gereja tidak boleh mengabaikan keberadaan anak remaja. Gereja harus menjadi lingkungan terbaik bagi remaja untuk belajar perilaku yang baik. Semua warga gereja harus menjadi role model yang baik bagi para remaja.
Saat ngobrol dengan Ibu Hambit, dia menceritakan/memberikan kesaksian bahwa dirinya banyak dibentuk saat masa remaja, dan baginya masa remaja itu tidak boleh di sia-siakan dan tantangan anak remaja saat ini lebih kompleks. untuk menghasilkan warga gereja yang berakar,bertumbuh dan berbuah, maka mau tidak mau pelayanan bagi remaja harus diperhatikan. Tidak hanya diperhatikan tapi menjadi bagian dari program tahunan Jemaat. pungkas Ibu Hambit.
Pada rapat tersebut, disepakati bahwa Ibu Hambit ditunjuk untuk menjadi koordinator program remaja tahun 2023.
Lagi-lagi Ibu Hambit membuat saya terkagum dengan kepeduliannya. Dan sebenarnya, kepeduliannya tidak hanya pada anak remaja, tapi semua bidang kategorial dan pelayanan yang ada di GKE DKI Jakarta, termasuk pada Pelayana Pemuda/i, Bapak Bapak, terlebih lebih pada pelayanan SPPer.
Rapat siang itu ditutup oleh doa yang disampaikan oleh Ibu Hambit. Dalam doa yang panjatkan, memohon kepada Tuhan agar memberikan hati yang mau melayani dan menganggap hari hari yang ada sebagai kesempatan terakhir dalam hidup dan waktu yang ada harus dimanfaat dengan sebaik baiknya untuk kemuliaan Tuhan, dengan berbuat baik kepada sesama.
Amen buat doa yang dipanjatkan oleh Ibu Hambit.
Tuhan Yesus memberkati.
Ditulis oleh Edi Kahayanto
0 comments:
Post a Comment